Memisahkan Hubungan Bisnis Dan Hubungan Persahabatan

Hubungan antar dua sahabat terkadang dapat melebihi hubungan dengan saudara kandung. Dengan seorang sahabat dekat kita lebih bebas mencurahkan perasaan tanpa ada batasan. Kita membangun ikatan yang kuat dengan sahabat kita dan merasa mereka adalah saudara sedarah. 

Sebagai sahabat kita juga menjalin hubungan dengan keluarga mereka, saling mengunjungi, menghadiri pesta ulang tahun, pernikahan keluarga, pemakaman dan acara lainnya. Tentu sangat menyenangkan sekali mempunyai seorang sahabat dekat.




Namun sering terdengar cerita banyak usaha yang hancur karena faktor persahabatan.Saat kita membangun usaha bersama seorang sahabat atau saat sahabat bekerja dengan kita, terkadang ada perasaan tidak enak saat ada sesuatu yang tidak beres dan kita harus mengungkapkannya. Saat kita merasa kecewa dengan kinerjanya dan berusaha menegurnya terkadang akan membuat ketersinggungan dan akan menganggapnya secara personal.

Perasaan tidak enak terhadap sahabat inilah yang dapat merusak usaha. Hal ini tentu saja akan dapat berdampak negatif pada kedua sisi. Jika kita tidak menganggap bisnis adalah bisnis dan atas nama persahabatan mengabaikan profesionalitas maka bersiaplah untuk mengalami kemunduran usaha.


Mari kita lihat skenario berikut,  mungkin saja situasi ini sedang kita hadapi pada usaha bengkel.

Anda mempunyai seorang karyawan yang merupakan sahabat baik Anda. Dia telah bekerja selama 10 tahun lebih dan merupakan service advisor senior di bengkel Anda. Kondisi usaha bengkel Anda beberapa tahun belakangan ini sangat tidak menguntungkan. Situasi keuangan bengkel dalam kondisi yang mengkhawatirkan dan jika tidak segera dilakukan perubahan maka usaha bengkelAnda bisa gulung tikar. 

Sebagai langkah awal Anda mencoba meminta bantuan konsultan bisnis yang mempunyai spesialisai membuat usaha bengkel mobil menghasilkan keuntungan yang maksimal. Setelah mendengarkan nasihat dari konsultan tersebut, Anda memutuskan inilah saatnya melakukan beberapa perubahan besar dalam usaha Anda.

Anda mulai melakukan beberapa perubahan yang disarankan dan mulai melihat hasil yang menggembirakan. Secara perlahan bengkel mulai mendapatkan keuntungan secara konsisten. Seiring penerapan perubahan yang dilakukan secara bertahap. Unit mobil yang masuk ke  bengkel jumlahnya lumayan banyak dan  teknisi-teknisi yang bekerja di bengkel cukup handal dengan peralatan yang mendukung.

Namun banyaknya unit mobil yang masuk ternyata tidak sebanding dengan peningkatan penjualan bengkel, dimana keuntungan yang didapatkan harusnya masih bisa dimaksimalkan.

Anda kemudian mencoba membahas hal ini dengan sahabat Anda, sang service adviser tersebut. Anda membeberkan data tentang rendahnya penjualan dan pemasukan bengkel yang tidak sebanding dengan banyaknya unit mobil yang masuk. Dan hal tersebut merupakan tanggung jawab dia sebagai seorang service adviser.

Service adviser tersebut berusaha memberikan alasan-alasan mengapa keuntungan bengkel tidak bertambah seiring dengan peningkatan jumlah unit mobil yang masuk, dan semuanya terkesan mengada-ada.

Setelah diperhatikan ternyata Service Advisor tersebut terlalu banyak berbicara dengan salesman dan sering menyerahkan tugasnya kepada orang lain yang seharusnya dia tangani sendiri.

Anda coba membicarakannya dengan sahabat Anda tersebut. Anda menyatakan akan merubah sistem penggajiannya  dan bahkan berencana akan merekrut service adviser yang lebih berpengalaman dan dapat menggantikan posisinya jika dia tidak mau merubah kinerjanya.

Setelah mendengar "Ancaman" seperti itu sang service adviser terlihat berubah beberapa waktu. Situasi seperti ini terus berlanjut selama berbulan-bulan. Jika Anda membahasnya, segala sesuatunya terlihat baik selama seminggu atau lebih, namun tidak lama akan kembali seperti semula kembali.

Sebagai pemilik bengkel tentu saja akan sangat frustasi menghadapi situasi seperti ini. Di satu sisi jika tidak mengambil tindakan tegas, kelangsungan usaha yang akan menjadi taruhannya, disisi lain perasaan tidak enak akan menyakiti perasaan sahabat jika mengambil tindakan tegas untuk menyelamatkan bisnis.

Percaya atau tidak situasi seperti ini banyak dialami teman-teman pengusaha bengkel yang mempekerjakan seorang sahabat. Ini merupakan situasi yang tidak baik untuk bisnis dan untuk persahabatan.

Berikut tiga hal yang dapat dilakukan untuk menghadapi situasi tersebut:

  1. Ketika mempekerjakan seseorang, baik itu seorang sahabat atau bukan, maka yang harus ditegaskan pertama kali adalah tentang deskripsi pekerjaan. Jelaskan secara rinci dan detail agar mereka tahu apa tugas dan tanggung jawabnya dan apa batasan-batasannya. Jika orang diberitahu tentang batasan-batasan tugas dan tanggung jawabnya maka kemungkinan besar mereka akan tetap ada di dalamnya.
  2. Tetapkan tujuan dan buat rencana untuk mencapainya. Jika Anda tidak mempunyai tujuan maka Anda tidak tahu harus kemana. Susun rencana yang baik dan berikan insentif-insentif untuk meraihnya.
  3. Hadiah dan sangsi. Pastikan memberikan penghargaan pada karyawan yang bekerja dengan bagus dan mencapai target. Penghargaan bisa berupa pujian secara tulus, makan bersama, bonus tambahan atau apapun itu dan sekecil apapun penghargaan pasti akan bermanfaat. Namun sebaliknya ketika ada karyawan yang tidak mencapai target yang ditentukan maka harus mendapatkan evaluasi dan bila perlu mendapatkan sangsi. Ini untuk membuktikan keseriusan Anda menghargai kinerja setiap orang.

Dan ingat pesan sederhana ini : Bisnis adalah bisnis dan sahabat adalah sahabat. Bisnis tidak mengenal persahabatan dan jangan pernah mencampurnya.


0 Response to "Memisahkan Hubungan Bisnis Dan Hubungan Persahabatan"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1